Widget HTML #1

Mengenal Lebih Dekat Deep Learning dalam Pembelajaran yang Digadang-gadang sebagai Pengganti Kurikulum Merdeka

Dalam dunia pendidikan, istilah "deep learning" baru-baru ini menjadi topik yang ramai dibahas. Istilah ini muncul dalam obrolan santai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Abdul Mu’ti, bersama sekelompok pemuda. Dalam sebuah video yang tersebar di media sosial, terutama TikTok, Pak Mu’ti menjelaskan tentang konsep deep learning, mindful learning, meaningful learning, dan joyful learningempat komponen yang diusulkannya untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Gambar Ilustrasi

Deep learning pada dasarnya adalah pendekatan pembelajaran yang bertujuan agar siswa tidak hanya sekadar memahami materi secara dangkal, tetapi benar-benar menguasainya hingga ke inti. Melalui pendekatan ini, siswa diharapkan dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam terhadap pelajaran, sehingga mampu berpikir kritis dan menerapkan pengetahuan mereka dalam situasi kehidupan nyata.

Apa Itu Deep Learning?

Deep learning pertama kali dikenal sebagai istilah dalam dunia kecerdasan buatan (AI) dan machine learning. Secara teknis, deep learning adalah cabang dari machine learning yang menggunakan jaringan saraf dengan beberapa lapisan (neural network) untuk memproses dan menganalisis data, meniru cara kerja otak manusia dalam mengenali pola. Dengan kemampuan ini, komputer dapat melakukan berbagai tugas kompleks, seperti pengenalan wajah, pemrosesan bahasa, dan pengambilan keputusan.

Namun, dalam konteks pendidikan, deep learning memiliki arti yang berbeda. Di sini, istilah ini merujuk pada pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk memahami materi secara mendalam. Konsep ini sebenarnya bukan hal baru dan sudah lama dibahas dalam ranah pedagogi. Pada dasarnya, deep learning dalam pembelajaran berfokus pada pemahaman yang mendalam, bukan sekadar menghafal informasi.

Mengapa Deep Learning Penting dalam Pendidikan?

Deep learning dalam pendidikan memiliki berbagai manfaat yang dapat meningkatkan kualitas belajar-mengajar, antara lain:

  1. Pemahaman Mendalam: Pendekatan ini mendorong siswa untuk tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi juga menganalisis, mengevaluasi, dan mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya.
  2. Kemampuan Berpikir Kritis dan Analitis: Dengan memahami materi secara mendalam, siswa lebih mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis.
  3. Penguasaan Materi yang Lebih Baik: Siswa dapat memahami konsep secara menyeluruh, sehingga mampu menerapkannya dalam konteks yang berbeda, baik secara akademis maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Gambar Ilustrasi: Berpikir Kritis

Tiga Pilar Deep Learning

Deep learning didukung oleh tiga pilar utama: mindful learning, meaningful learning, dan joyful learning. Berikut penjelasan lebih lengkap mengenai ketiga pilar ini.

  1. Mindful Learning: Ini adalah bentuk pembelajaran yang berfokus pada keterlibatan penuh siswa dalam proses belajar. Siswa diharapkan dapat lebih sadar dan fokus terhadap materi yang sedang dipelajari, yang pada gilirannya meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka. Pembelajaran ini tidak hanya sekadar menyerap informasi, tetapi juga mengajarkan siswa untuk mempertanyakan, menganalisis, dan mencari pemahaman yang lebih dalam.

  2. Meaningful Learning: Berbeda dari sekadar hafalan atau pembelajaran teori, pembelajaran bermakna melibatkan pengalaman langsung dan konteks nyata. Misalnya, siswa tidak hanya belajar tentang konsep matematika, tetapi juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran ini memberikan kesan yang lebih dalam dan membantu siswa membangun memori jangka panjang yang lebih kokoh tentang apa yang telah mereka pelajari.

  3. Joyful Learning: Pembelajaran yang menyenangkan tidak berarti sekadar bermain atau melakukan kegiatan yang menghibur. Joyful learning di sini adalah menciptakan suasana belajar di mana siswa merasa nyaman dan terlibat secara aktif, sehingga mereka merasakan kepuasan dari proses belajar itu sendiri. Ini bisa dilakukan dengan memberikan tantangan yang sesuai dengan kemampuan siswa, mendukung mereka dalam menyelesaikan masalah, dan menciptakan ruang di mana mereka merasa dihargai.

Implementasi Deep Learning dalam Kurikulum Merdeka

Setelah video diskusi Pak Mu’ti tersebar di media sosial, muncul spekulasi bahwa kurikulum Merdeka akan diganti dengan "kurikulum deep learning." Namun, Pak Mu’ti menegaskan bahwa deep learning bukanlah kurikulum baru, melainkan sebuah pendekatan dalam pembelajaran. Sementara itu, kurikulum Merdeka masih berlaku di sekolah-sekolah Indonesia. Walau begitu, deep learning dapat melengkapi pendekatan Kurikulum Merdeka, karena keduanya sama-sama mengedepankan pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan.

Pada prinsipnya, kurikulum Merdeka menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered), kontekstual, dan berdiferensiasi sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masing-masing siswa. Deep learning dapat menjadi bagian dari pendekatan dalam kurikulum ini dengan memperdalam pemahaman siswa terhadap materi pelajaran melalui metode yang kreatif dan inovatif.

Tantangan dalam Implementasi Deep Learning

Penerapan deep learning tentu bukan tanpa tantangan. Dua kendala utama yang dihadapi adalah:

  1. Variasi Kemampuan Literasi Siswa: Kemampuan literasi siswa yang rendah dapat menjadi hambatan dalam pendekatan ini. Tanpa pemahaman dasar yang kuat, sulit bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis atau berpikir tingkat tinggi.

  2. Kemampuan Guru dalam Menerapkan Metode Deep Learning: Dalam pelaksanaannya, deep learning membutuhkan guru yang terampil dalam metodologi pengajaran dan memiliki kemampuan untuk menciptakan pengalaman belajar yang mendalam dan bermakna. Tantangan ini membutuhkan pelatihan dan dukungan agar guru lebih memahami dan mampu mengimplementasikan konsep deep learning dengan baik.

Strategi Deep Learning yang Dapat Diterapkan di Kelas

Untuk mengatasi tantangan di atas, berikut adalah beberapa strategi praktis yang dapat diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari:

  1. Pembelajaran Inquiry dan Discovery: Melibatkan siswa dalam proses penemuan dan eksplorasi adalah kunci untuk meningkatkan pemahaman mendalam. Siswa dapat diajak untuk mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, dan menemukan solusi melalui penelitian sederhana.

  2. Pembelajaran Berbasis Masalah dan Proyek: Strategi ini memberi kesempatan pada siswa untuk memecahkan masalah nyata dan melakukan proyek yang berkaitan langsung dengan materi pelajaran. Pendekatan ini dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa.

  3. Diskusi dan Refleksi: Mengajak siswa berdiskusi dan merefleksikan apa yang telah dipelajari dapat membantu mereka menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan yang diperoleh. Metode ini juga membantu siswa mengaitkan teori dengan praktik, yang akan memperkuat pemahaman mereka.

  4. Penggunaan Media Interaktif: Teknologi seperti video, simulasi, dan aplikasi pembelajaran dapat memperkaya pengalaman belajar siswa, memberikan variasi, dan memperjelas konsep yang sulit dipahami.

Deep learning bukan sekadar tren, melainkan pendekatan pembelajaran yang mengedepankan pemahaman mendalam, berpikir kritis, dan aplikasi nyata. Dengan tiga pilar utama—mindful, meaningful, dan joyful learning. Pendekatan ini bisa menjadi pelengkap yang kuat dalam Kurikulum Merdeka. Walaupun terdapat tantangan, upaya implementasi deep learning akan berdampak positif pada kemampuan literasi dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.

Dengan penerapan yang tepat, deep learning dapat membantu membentuk generasi yang tidak hanya berpengetahuan, tetapi juga kritis, kreatif, dan siap menghadapi tantangan di masa depan.

Posting Komentar untuk "Mengenal Lebih Dekat Deep Learning dalam Pembelajaran yang Digadang-gadang sebagai Pengganti Kurikulum Merdeka"