Widget HTML #1

Studi Kasus PPG: Penanganan Permasalahan Siswa dengan Kasus Prilaku Disruptif

Pengalaman Menghadapi Siswa dengan Perilaku Disruptif

Siswa dengan Kasus Prilaku Disruptif
Ilustrasi Prilaku Disruptif
Sumber Gambar: Tangkapan layar YouTube Howcast

Perilaku disruptif adalah perilaku yang mengganggu atau menghambat jalannya proses pembelajaran, aktivitas kelompok, atau suasana di lingkungan tertentu. Di dalam kelas, perilaku disruptif bisa muncul dalam bentuk siswa yang berbicara di luar giliran, membuat keributan, berjalan-jalan di sekitar kelas tanpa izin, mengganggu teman, atau melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan kelas. Perilaku ini mengganggu konsentrasi siswa lain dan membuat guru sulit untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan efektif.

Dalam konteks pendidikan, penting untuk menangani perilaku disruptif dengan pendekatan yang efektif dan penuh pengertian, karena perilaku ini sering kali merupakan tanda bahwa siswa membutuhkan perhatian khusus, mungkin karena kesulitan belajar, masalah emosional, atau kebutuhan yang belum terpenuhi.

Sebagai seorang guru kelas 1 di SDN Cipanyarang, saya menghadapi berbagai tantangan dalam proses pembelajaran. Salah satu permasalahan yang paling menantang adalah menghadapi siswa dengan perilaku disruptif. Pengalaman ini tidak hanya mempengaruhi jalannya pembelajaran tetapi juga menjadi pelajaran berharga dalam memperkuat keterampilan saya dalam pengelolaan kelas.

1. Permasalahan yang Dihadapi

Salah satu siswa di kelas saya, sebut saja inisial A, kerap kali menunjukkan perilaku disruptif selama kegiatan belajar mengajar. Siswa tersebut sering berbicara dengan keras di tengah-tengah penjelasan saya, berjalan-jalan di sekitar kelas tanpa izin, atau mengganggu teman-teman sekelasnya dengan menyentuh barang-barang mereka. Situasi ini membuat proses belajar menjadi terganggu, menurunkan konsentrasi siswa lain, dan memicu keributan yang cukup sulit untuk dikendalikan.
Permasalahan ini cukup kompleks, karena A juga kerap menunjukkan ketidakmauan untuk mematuhi aturan kelas, dan saya khawatir jika tidak ditangani dengan baik, hal tersebut dapat memengaruhi dinamika seluruh kelas.

2. Upaya Penyelesaian

Mengatasi perilaku disruptif A tidak bisa dilakukan secara instan. Saya merancang beberapa langkah strategis yang melibatkan kolaborasi dengan rekan sejawat, orang tua A, dan penerapan pendekatan yang konsisten. Berikut adalah langkah-langkah yang saya lakukan:

  1. Mengamati dan Memahami Penyebab: Langkah pertama adalah melakukan observasi untuk memahami kapan dan mengapa perilaku disruptif tersebut muncul. Saya mencatat situasi tertentu yang memicu perilaku A, seperti tugas yang terasa membosankan atau sulit bagi siswa, dan waktu transisi yang membuatnya gelisah.
  2. Komunikasi dengan Orang Tua: Setelah melakukan observasi, saya mengundang orang tua A untuk berdiskusi. Dalam pertemuan ini, saya menjelaskan perilaku yang sering muncul di kelas dan mendengarkan masukan dari orang tua mengenai perilaku A di rumah. Kami berbicara tentang kebiasaan A dan mencari tahu jika ada masalah di luar sekolah yang mungkin memengaruhi perilakunya. Dari komunikasi ini, saya belajar bahwa A memiliki energi yang tinggi dan sulit duduk diam untuk waktu yang lama.
  3. Menyusun Strategi Pengelolaan Kelas: Saya menerapkan strategi pengelolaan yang lebih fleksibel. Misalnya, saya memberi A peran kecil di dalam kelas, seperti membantu saya membagikan alat tulis atau menjadi "pemimpin baris" selama waktu transisi. Ini membuat A merasa lebih dihargai dan terlibat. Selain itu, saya mulai memberikan instruksi dalam bentuk permainan dan aktivitas fisik yang dapat membantu menyalurkan energinya secara positif.
  4. Pemberian Penguatan Positif: Setiap kali A berhasil mengikuti aturan kelas, saya memberikan pujian atau penghargaan kecil, seperti stiker. Strategi ini efektif untuk meningkatkan motivasi A. Di sisi lain, saya juga menghindari memberikan hukuman yang terlalu keras, karena itu dapat membuat A merasa tidak nyaman atau bahkan memperburuk perilaku.
  5. Kerjasama dengan Konselor Sekolah: Saya meminta bantuan dari konselor sekolah untuk memberikan bimbingan khusus kepada A. Konselor memberikan sesi bermain yang terstruktur, yang membantu A belajar mengontrol emosi dan menyalurkan energinya dengan lebih baik.

3. Hasil dari Upaya Tersebut

Upaya yang saya lakukan menunjukkan hasil yang cukup positif, meskipun tidak semuanya berjalan mulus. Perilaku A secara bertahap mulai membaik. Dia menjadi lebih jarang berjalan-jalan di kelas, dan frekuensi mengganggu teman-temannya juga berkurang. Peran kecil yang saya berikan membuat A merasa memiliki tanggung jawab, dan penghargaan positif semakin memperkuat perilaku baiknya.

Namun, ada saat-saat ketika A kembali menunjukkan perilaku disruptif, terutama ketika merasa bosan atau kesulitan dalam memahami pelajaran. Meski demikian, dibandingkan dengan awal tahun ajaran, saya melihat perkembangan yang signifikan. Kondisi kelas menjadi lebih tenang, dan siswa lain dapat belajar dengan lebih nyaman.

4. Pengalaman Berharga yang Didapat

Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa menangani perilaku disruptif membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan strategi yang fleksibel. Saya belajar untuk tidak langsung bereaksi dengan marah, tetapi berusaha memahami penyebab di balik perilaku tersebut. Selain itu, kolaborasi dengan orang tua dan pihak sekolah menjadi kunci penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif.
Refleksi dari pengalaman ini memotivasi saya untuk terus belajar dan beradaptasi dalam menghadapi berbagai situasi, serta memberikan yang terbaik untuk setiap siswa di kelas saya.

Pengalaman ini juga memperkaya pemahaman saya tentang pentingnya pendekatan yang berpusat pada siswa. Saya memahami bahwa setiap siswa unik dan membutuhkan perhatian serta strategi yang sesuai dengan kebutuhannya. Ke depan, saya berkomitmen untuk terus mengembangkan keterampilan saya dalam manajemen kelas dan mencari cara-cara inovatif untuk menjaga keterlibatan siswa selama pembelajaran.

Pelajaran penting yang saya bawa dari pengalaman ini adalah bahwa pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang menciptakan hubungan yang berarti dengan siswa. Dengan pendekatan yang penuh pengertian dan empati, saya percaya bahwa setiap anak dapat berkembang dan merasa diterima di lingkungan sekolah.

Posting Komentar untuk "Studi Kasus PPG: Penanganan Permasalahan Siswa dengan Kasus Prilaku Disruptif"